Sunday, June 30, 2019

Pecandu Fanatifisme

Foto: Ko ir (papa Nara) 



Paham fanatifisme sudah hadir berabad lalu,  dimana paham ini untuk mempertahankan apa yang menurut pandangan benar dan tidak menerima ide atau tanggapan dari pandanga lain,  menurut Filsuf George Sentayana,  merupakan penulis Inggris mendefinisikan fanatifisme sebagai melipatgandakan usaha dan lupa tujuan utama,  sementara Winston Churcill merupakan seorang tokoh politik dan pengarang asal Inggris mengatakan jika seorang fanatifisme tidak akan mengubah pola pikir serta mengubah haluan sehingga tidak mengambil manfaat berpikir positif karena sikap fanatik yang dimilikinya.  Begitulah menurut tokoh yang memandang fanatifisme.

Sikap fanatifisme ini  sering di temukan di sekeliling kita  lewat praktek, semisal pelarangan dalam budaya yang dipercaya secara terun temurun, dan yang paling marak interpetasi fanatifismenya di sebarkan lewat media sosial.


Baru-baru ini, media mempublikasikan sidang putusan Mahkama Konstitusi terkait  hasil  gugatan Pilpres oleh Prabowo-Sandi, dan  tanggal (27-06-2019), putusan  tersebut telah  memenangkan Jokowi -Ma'ruf  selama beberapa  hari masa  persidangan.

Namun di Facebook, begitu  banyak pendukung baik Prabowo-Jokowi saling serang  -menyerang pada postingan foto  maupun  Caption  yang sangat menukik, ada  yang menulisnya  bahagia karena menang  lalu  menyindir yang kalah, dan  sebaliknya. Polemik yang begitu  melahirkan  sikap  saling memusuhi yang sangat  disayangkan apabila  perilaku ini diinterpetasikan  terus-menurus dan mengalir kegenerasi berikutnya. Barangkali akan mengkonstruksi pemikirannya, hanyalah bagaimana  cara menjatuhkan  lawan dan bagimana cara kekuasaan tunduk di tangannya.


Politik memang begitu, pertarungan politik yang kita saksikan  saat ini adalah saling menjatuhkan, politik struktural yang bagi penulis omong kosong saja malah membikin negeri semakin diperparah panoramanya,  maupun mahkluk  hidup di muka bumi,  meskipun nantinya  bedah kemimpinan lagi, barangkali tidak merubah kesenjangan sosial yang dilakukan atas kepemimpinan yang sekarang. 

Maka perlu kita tanamkan adalah sikap realistis terhadap pilihan kita, setelah kalah dan menang itulah pertarungan politik  soal biasa.  Kalau pemimpin berbuat kesalahan maka  harus dilawan. Bukan saling hujat,  dan saling meninggu-ninggikan para tokoh yang dipilih. 

Dari tulisan di medsos, pecandu ideologi fanatifisme harusnya dirubah ke perilaku yang positif, harusnya sikap fanatik lebih diarahkan pada masalah sosial yang saat ini memang mungguncang tatanan negeri,  apalagi Maluku Utara mengalami krisis ekonomi,  di tengah anjoklahnya harga cengkeh dan kelapa.  Kalau sikap fanatik ini terus diarahkan ke hal-hal seperti ini,  maka segala bentuk penjajahan oleh rezim oportunis bisa dikalahkan dengan persatuan seluruh masyarakat dan generasi muda yang sadar akan kondisi sosial.


  • Menurut Robert F Kennedy, kemajuan merupakan kata yang merdu tapi perubahanlah penggeraknya dan perubahan mempunyai banyak musuh. Maka musuh-musuh itulah orang-orang yang  senantiasa menghancurkan kesejateraan masyarakat  yang harus dilawan.

0 comments:

Post a Comment