Friday, January 11, 2019

Lengang







foto; Afni


Di malam yang hening, aku titikan setiap perjalanan yang menghasut berlalu, di deru sejarah bertolak dan paras masih menuntun bertahan di bawa daun-daun kering. sekuntum kembang hinggap di bahu, pesona dan baluran kasmara bagitu membangunkan aku pada sesuatu yang tak terelakan, tak jauh dari hati, meskipun pergi, ia kembali pada pintu ketulusan yang disebut ramah.

di bawa jendela, ku rebahkan diriku dengan segenap rasa yang melara, didenting-denting musik, aku luruhkan segala wajah nan sayu di rambut gerai berantakan, pipi nan tirus, tatapan yang semeraut, berbalut luka masih basah.

Di dinding-dinding, aku menatap penuh ringkih, dengan sejenak mimpi yang hampir pata di tengah gejolak yang membara, di pintu kamar, aku melirik sedih penuh rasa, dengan iming ialah hadirmu menggetarkan sukma, menghampiri penuh tanya dengan tatapan penuh iba.

 Akankah tanya telah kau rangkai dengan bagitu banyak gejolak yang di taburi benih-benih, lalu tumbuh setangkai batasan antara melapas atau memapas setiap kata. Adakah setumpuk pupuk mematikan benalu yang hadir, di tengah hiruk-pikuk? sebatas aksara itu telah meperkenalkan pada sebuah rasa mematikan ini.

semakin lengang malam ini, suara musik semakin terasa, di tubuh kalimat aku merangkai kata, agar bisa menemukan hatimu yang tulus lewat tulisan

0 comments:

Post a Comment