Saturday, May 12, 2018

Seperti Malam Dalam Duri



Foto: Nila Sari
Lokasi Taman Nukila Kota Ternate




Aku tak tahu menafsirkan kesendirian, saat banyak beriforia, bahagia, dan tertawa lantang di luar sana, bermandikan malam dengan pesona hura-hura di tengah arak-arakan. Musik menyampaikan kalimat kegembiraan, kesenangan adalah miliknya.

Kutahu aku mengekang di sedut kecil, dengan sakit di dada, seperti angin berkecamuk, marah menghantam tubuh. Mengobrak-abrik nadi, sebagian tubuh yang lama tersusun rapi. Aku patah dan lelah.

Hambar, jelas memanggil sunyi, sepi bertamu, aku sembilu membisu, seperti di lembah tak berujung, dan jurang hanyalah gemuruh. Aku terpana oleh kata yang bernama sendiri, serta terhalang oleh diriku sendiri, kemudian terkungkung oleh ruang dan masa. Akan kah aku sebut ini jeruji besi? Tak,

Masihkah larik-larik membelah bianglala di wajahku, saat pedih masih melekat, ketika aku menjelma gadis paling lugu dan bodoh. Bahkan! Pelupa.

Baiklah, aku rasa tak ada jawaban yang  indah menampar diriku malam ini. Dan lagu malu itu masih mengiang telinga. Ada syarat dan makna didalamnya, barangkali tentang aku yang kekang sendiri. Seperti malam tak lari dari waktunya, dan aku tak lari dari hujan.

Sudah berapa lama aku di sini, menitikan seruan dalam sukma, mengalirkan lewat jemari. Kemudian aksara menyambung, sebuah kalimat panjang terurai. Lagi-lagi tentang aku meratapi malam dalam duri.

Duh, jangan kau anggap aku tertati letih, jangan kau kira aku si dungu, sebab aku menulisnya dengan bahasa hati. Aku hanya ingin kau membacanya, agar kau tak seperti diriku. Aku ingin kau menghayatinya, agar kau tahu, di sini, dalam kondisi tak memungkinkan, aku masih siap tegap melangkah. Meskipun terjatuh berulang kali.

Sesungguhnya, dibalik mengekang, ada senyum tersembunyi, karena telah kukeluarkan kegelisaanku lewat tulisan ini. Tulisan tak bersyarat.


Ternate 12-05-2018


0 comments:

Post a Comment