Thet |
Di bawa langit, sehabis hujan, awan nampak tenang aku melayari lautan, menatap laut dengan gelombang
Membuat perahu oleng, aku mamandang kira-kanan, orang-orang nampak sibuk berbincang, tentang apa dibahas aka tak mafhum.
Membuat perahu oleng, aku mamandang kira-kanan, orang-orang nampak sibuk berbincang, tentang apa dibahas aka tak mafhum.
Aku menatap gunung dari kejauhan terlihat hijaun, di ujang gunung terbungkus awan menggumpal, begitu tenang memandangnya berulang kali, dan yang terpikirkan hanyalah Halmahera sungguh menggelorakan.
Ombak masih memukul sampan, aku sedikit takut, sebab dari sekian kerumunan, tak ada yang aku kenali, aku beradu dengan kata-kata, di dudukku yang sendiri dan awan mulai menutup cahaya matahari, ternyata hujan masih basah. Rintikan sedikit demi sedikit hinggap di kepala dan wajah dan seterusnya.
Angin berpapasan masuk ke pori-pori, dingin begitu terasa di bibir yang gemetaran, di telapak kaki ia menyasar.
Sampan masih saja berlayar menuju tujuan, lagu ambon dan Tobelo begitu nikmati di telinga orang-orang, tertidu, ada yang tidur dan juga duduk bengong, barangkali tersentuh oleh musik dan kalimat-kalimat yang menyayat hati.
Sampan masih saja berlayar menuju tujuan, lagu ambon dan Tobelo begitu nikmati di telinga orang-orang, tertidu, ada yang tidur dan juga duduk bengong, barangkali tersentuh oleh musik dan kalimat-kalimat yang menyayat hati.
Ternate nampak semakin jauh, perjalan mengajak dekat ke Haliyoara tentang apa yang ku tuju, semakin aku memenuhi sedikit rencana yang sudah ku kekemas dalam mimpi. Bukan lagi harapan.