.
Biarkan kali ini aku sendiri,
mewarnai hidup dalam kelam bermuara dan sunyi menjalar, sebab perasaanku begitu
kuat kaulah arti dari kesendirian. Kemarin kita bersama, menapaki canda tawa di persimpangan
jalan, semacam drama film yang diskenariokan. Aku ingat betul waktu itu.
Lalu kepergianmu begitu membuatku
belajar sendiri, belajar kuat diatas serpihan-serpihan rindu. Senyumku masih
muncul, walau dibarengi dengan air mata. karena aku sadar, aku tak bisa
memanggilmu pada jarak yang terbilang jauh. Walau badanku rebah diatas sakit,
aku tak bisa memanggilmu. Sudihkan kau di sana rindu kepadaku, masih sempat
menjatuhkan air mata, ketika kenangan melintasi jalan pikiranmu, atau masih
senyum ketika ingatan tentang aku yang jahil kala itu kepadamu.
Kau tahu, aku menuliskan ini, di bawa rintikan hujan
pelan jatuh ke tanah, dingin menyelimuti, lalu kamar kecil sebagai tempat
peneduh. Seiring aku memanggil namamu, dengan suara pelan, semakin pelan, detik
itu pun aku ingin kau ada di dekatku. Memetik mawar yang mekar untukku,
menyandingkan kepalaku di pundakmu, merasakan kehangatan tubuhmu begitu menetramkan,
kemudian jemari tak lepasa memegangmu.
Percayalah, maka kamu tak merasakan sendiri, sebab
itu obat penakluk sendiri, tenanglah kala suara hampir memarahimu, sebab suara
yang keluar adalah suara cinta yang dalam, begitu mengalir dalam tubuh lalu
mentranfusinya dalam hatimu. Janganlah meragu, pergilah mempelajari kepercayaan
dianatar kisah yang terjalani, pergilah menanam bunga-bunga indah di atas derai
hujan agar terlihat subur. Pergilah mengetuk
dirimu sendiri, agar kau yakin bahwa cinta yang hadir tak lain adalah cinta
berakar dari rasa kemudian tumbuh bermuara dalam lubuk hati. Jika engaku
mengabaikan maka percayalah ia akan mati dengan sendirinya, dan tumbuh kelain
hati.
Aku harap tidaklah terjadi, ini hanyalah sedikit
kalimat yang kutuliskan agar kau tahu, aku tak bermain dengan hubungan.
Tentunya engaku pun demikian. Persiplah
dirimu sebaik mungkin, agar kita siap meskipun di antara ganasnya ombak dan
kemarau memakan hari, tak jemu menguraikan ikatan yang telah kita bangun dalam
setiap langkah.
Karena aku yakin, kau tulus
menjagaku, meskipun keberedaan memisahkan di antara laut dan gunung, barangkali
kepercayaan adalah sumber kekuatan sembari meneruskan titah menuju pintu hidup
hakiki. Kasih sayang tak akan berpendar, ia akan membesar sejalan dengan
kebaikan yang telah kau tebarkan
kepadaku, kepada semua orang.
Aku siap menjadi penyejuk hatimu, asal kau mencintai
dengan sungguh-sungguh serta menyanyagiku sepenuh hati, walau kita patah di antara ranting-ranting, walau rampuh
meruntuhkan semangat, air mata sakit berderai berjatuhan, luka lara membungkus
benak, tak akan matikan cinta, kerana kita adalah membangun semilir kepercayaan
agar tumbuh kokoh. Walau kita ada di antara padang pasir, benalu-benalu menjalar, tempat berpongah,
serta badai besar, tak perna pisahkan
ikatan cinta bersiklus di antara hubungan.
Duh, begitu indahnya merintiskankan perjalan mengatasnaman
cinta, karena segalanya dapat terselesaikan. Di musim penghujan ini, sendiriku
memandangi awan tebal, hening meskipun terlihat ramai. Teduh, tersebab dingin
membuat suasana lebih merangkulku pada sepi dalam perjalanan.
Aku sadar bahwa kalimat-kalimat
ini tak berarti apa-apa. Namun, segala yang terjadi akan selalu kutuliskan,
mesikipun dalam untaian kata yang biasa.
Sesungghunya tiada yang lebih indah selain memiliki
cinta yang dituliskan dalam setiap
pemeran pemainnya. Dan engkau, bersabarlah mengahdapi segala yang menimpah dirimu,
begitupun diriku. Terima kasih telah menjadi penyejuk dalam sendu. Kadangklah kita sering lupa dan tak menyadari, bahwa sungguh, ada orang yang benar-benar care
dan setia. Seperti kau, mesikipun amarah sering kutimpali di wajahnya, engaku
hanya diam, malah senyum dan tabah hendak kau hadapkan kepadaku demi mengenali
diriku. Lekaslah kembali, biar kita menjemput hari dengan kebersamaan yang
girang dan berjalan menyusuri taman indah agar bisa dikenang, kemudian dijadikan
barang kenangan. Kita adalah penakluk
sendiri di bawah kolong kalangit.
“Ketika cinta
telah ditaklukan maka kau siap memprjuangkannya, namun ketika ketiklukan cinta
hanyalah permainan semata, maka kau hanyah menyakiti cinta itu sendiri dan akhirnya
kamu tidak mendapatkan apa-apa dari sandiwara ini”(Thaty Balasteng 2017)