Tinggal menghitung hari,
semua umat muslim memasuki bulan suci Ramadhan, bulan berkah penuh
ampunan, saat meyusuri kota Ternate, terlihat orang-orang sibuk memperbaiki
rumah, mulai dari mengecet, pagar, dan membersihkan halaman rumah, seraya
menyambut bulan ramdahan. Lalu hatiku mulai terketuk oleh rumahku dan ayah-ibu
pun sibuk dengan hal-hal yang di persiapkan untuk bulan ramadhan.
Satu tahun sudah aku di negeri orang, satu tahun wajah ayah dan ibu tak
terlihat, hanya suar-suara nasihat yang terdengar melalui hendphone. Satu tahun
aku tak mencium bau badan ibu dan ayah, tak merasakan kehangatan pelukan
mereka. Rinduku menyapa ketika aroma ramadhan mulai tercium. Tangisan ini
pecah, ketika kutulisakan kata demi kata untuk dua orang yang aku rindukan
di pulau panjang, kamar kecilku menjadi saski bisu betapa wajahku cemberut
ingin pulang, kaki ini tak tahan lagi di sini. Sungguh ibu, jika berkata jujur
aku bosan di sini, ada banyak orang yang sering menyakiti, membohongi, serta
membuatku seolah tenggelam sendiri.
Ibu, di malam yang sepi ini, sisa hujan mesih aku resapi, dinginnya pun masih
menghantam tubuhku, dan sepi menyelimuti sekitarku. Aku semakin ingin melihat
wajah kalian, aku ingin bercanda dan tertawa lepas, seperti tidak ada beban
bergantungan di kepala. Senyumku sesaat datang ketika aku mengingat
candaan ibu waktu itu, sebelum aku tidur. Sungguh mengesankan bagiku. Ibuku
yang tanggu dan hebat, aku sendiri bahkan tak mampu berjuang sekuat itu,
jasa ibuku tak bisa terbayarkan dengan apapun. Kata ibu, ketika kita
berkeinginan untuk menjadi orang hebat kita hanya punya satu yang harus kita
simpan dalam hati, ialah semangat. Seberat apapun tanggung jawab, jika punya
semangat serta keingnan yang tinggi untuk menyelesaikannya, segalanya
akan berjalan dengan mudah. Terimah kasih ibu.
Ayah, salam sayang dari
anakmu yang sering jahil, aku tahu, kau tak perna mengeluarka kalimat kasar,
meski anakmu sering melakukan salah. Kau malah menimpali aku dengan nasihat,
meskipun kadang terlupakan dari ingatan ini. Maafkan aku. Tapi,
aku sering melakukan apa kata ayah, meskipun tidak semuanya. Doakan anakmu agar
selalu dalam lindungan Tuhan. Ayah, di sepertiga malam ini, aku teringat
di jam yang sama ini, saat aku terbangun dari tidurku, aku melihatmu sedang
sujud menghadap Tuhan, kemudian megngangkat tangan dengan harapan agar doamu
tembus ke langit. Sementara aku hanya tidur pulas, dan melanjutka
mimpiku. Aku ingat itu ayah, bahkan hampir setiap malam kau melakukan hal yang sama.
Ada banyak kenangan bersamamu kita lewati waktu itu. Semuanya, sekeluarga
masih tersimpan dalam ingatan.
Salam rindu untuk ayah dan Ibu di Halmahera sana, sehat selalu, agar aku bisa
kuat dalam menghadapi ganasnya dunia ini, sebab kalian selalu membantuku
dalam doa-doa yang kalian panjatkan. Aku takut memberikan harapan untuk kalian,
sebab aku takut tak bisa menjalankan harapan itu, hanya saja aku simpan dalam
hati tentang mimpi-mimpiku, dan berjalan pelan tapi pasti. Meskipun aku sering
cemburu, sewaktu melihat teman-temanku ngumpul bersama keluarga, tapi tak
apalah, karena harapanku hanyalah semoga ayah dan ibu selalu dalam lindungan
Tuhan. Mendengar kabar baik dari kalian sudah membuatku senang. Di malam
yang lengang, di kamar kecilku, aku tenunkan cinta ayah dan ibuku menjadi satu,
dan kusimpan dalam lubuk hatiku, agar hidup yang aku kerjakan atas dasar cinta,
setiap yang aku jalankan atas cintaku kepada kedua orang tuaku.
0 comments:
Post a Comment