Sunday, February 19, 2017

Sepenggal cerita di Balisosa



Bagiku kebersamaan adalah indah.  Hari ini, ketika langkah ini menginjaki kamar kosku, dan tubuh ini mulai merebahkan di atas kasur. Aku mulai sedih dan galau, seperti ada perpisahan antar pasangan kekasih yang lama menjalin hubungan. Aku mulai merasakan kesepian meskipun di luar sana sangat ramai, sepi seperti sunyi menghantui di tengah malam. Aku tidak tahu kenapa, apakah ini semacam rindu?
Rindu tentang kebersamaan aku dan kawan-kawanku di pantai Balisosa, pantai yang sangat sederhana namun membentuk segudang kenangan. Ketika malam tiba, dan agenda kami terlaksana  hingga selesai, aku dan kawan-
kawan menghabiskan sisa waktu dengan banyak bertukar pikiran, membahas kondisi siosal,  sampai hal-hal mistis pun diceritakan, membuat aku merinding ketakukan. Hehehe.Tapi untunglah ada bintang di langit  yang bisa mengusik ketakutanku, dan cahaya lampu di pulau kecil sana bisa mendamaikan jiwaku.
Adapun  sekelompok kawanan yang duduk berbentuk bundaran yang jaraknya tak jauh dari kami, mereka  tertawa terbahak-bahak, entahlah apa yang ditertawakan, aku tidak terlalu memperdulikan. Di tambah lagi dengan pemandangan malam begitu menggiurkan hati, menetramkan pikiran. Bahkan sebagian kawan tak mau kehilangan momen indah dengan mengabadikan diri berfoto dan menuliskan dalam bentuk karangan  puisi.
Eetsssss, tapi aku juga tidak mau kalah loh, meskipun aku kadang takut, bahkan sesekali tertawa, tapi aku senang menatap cahaya bersejaran dari kota kecil “Ternate” dan sedikit menuliskan  puisi, tentang apa aku yang tahu. Begini puisinya.
“ Aku bisa memandang kota itu, bukan cinta itu.
“Aku bisa memandang cahaya dari bilik jauh itu, bukan memetik kalauwan itu”
“dan di sampingnya ada gunung menjulang lebih tinggi dari kota itu”
“pun sepenggal Pulau Panjang masih terlihat di sana”
“akh, indahnya”
Itulah sepenggal puisi yang ku tuliskan disepenggal kertas yang masih aku simpan sekarang. Mesikipun puisi memiliki makna yang agak bias, aku tak perduli, aku hanya bisa menulisakan apa yang aku lihat malam itu. Sehingga  hati dan pikiranku mengelolah membentuk sederet kata.
Tiga hari dua malam  di pantai Balisosa itu,  menyimpan banyak kenangan. Makan seadanya namun terasa nikmat, tidur di sebuah tenda kecil namun tak jadi soal. Sebab kami diajarkan  banyak di jalanan.  Agar diri kami  menyatu dengan alam, dan peka dengan kondisi yang ada. Itu  semua kami jalankan bersama-sama tanpa ada keluh kesah.
Dan  inilah sebabnya kenapa aku suka jalan. Jalan dengan kawan-kawan, karena setiap perjalanan pasti ada  kenangan, dan setiap  kenangan pasti ada yang mengenang.
Terimah kasih kawan-kawanku atas banyak pelajaran hidup yang kalian beriakan, atas cinta dan kasih sayang yang begitu tulus. Terimah kasih kawan, telah mengajariku mencintai yang sederhana serta pesan dan kesan begitu berarti bagiku.


0 comments:

Post a Comment