Semua punya salah, semua manusia
kadang khilaf ataupun lupa, itu sering terjadi dalam diri kita, apakah anda
perna mendengar seorang manusia tidak perna lupa dalam segala hal? Jika anda
mendengarnya maka anda salah satu orang paling beruntung, kenapa demikian, aku
bahkan sebesar ini, punya keluarga, punya sahabat, teman, dan lain sebagianya,
kata kilaf, lupa, dan salah sering aku temukan disekeliling mereka. Dan hari
ini, barangkali aku sedang lupa, pun khilaf. Perkara itu membuat aku terlambat.
Ini adalah kesalahanku, atau entahlah. Tepatnya pukul 11:40 siang, motor
hijauku berhenti di depan kampus tempat aku kuliah. Ketika aku mulai berjalan
pelan menaiki tangga satu demi satu, kemudian memasuki ruang kepala program
studi (KAPRODI). Dan mengelurkan sebuah
berkas yang ada dalam tas sampingku, ialah kartu rencana akhir studi (KRS).
Sebenarnya KRS dimasukan terakhir
tanggal 10 februari, karena keterlambatanku, aku baru memasukannya hari ini
bersama kedua kaka seniorku, jadinya kami bertiga di dalam menghadap Kaprodi,
ketika aku mengulurkan KRS ku, wajah kaprodi mulai mengerucut, dan beliau
menetap KRS kemudian memarahi kami dengan nada yang lumayan kasar, kami bertiga
hanya berdiri dengan gaya masing-masing,
ada yang tanganya menggaruk-garuk
kepala, ada yang tegak lurus seperti mau baris-berbaris, dengan menampakan
wajah sedih menunduk kebawah. Aku masih ingat dengan ucapan Kaprodi. Beliau
berkata begini “ kalian ini, kalau lihat kesalahan orang lain, kalian mulai demo sana sini, tapi kesalahan kalian sendiri tak mau kalian koreksi.” Dengan wajah mulai memerah. Kami tidak berkata
apapaun, lagi-lagi wajahku dan kedua kaka seniorku sesekali menghadap wajah
beliau, dan lumayan lama menunduk. Lanjut memarahinya “ Kalian ini, nanti
dimarahin baru pake wajah kasianlah, menundukan kepalalah.” Kami bertiga masih dengan wajah menunduk
kebawa, kemudian aku berkata “ Pak, kalau kami tidak memakai wajah kasihan,
terus kami pake wajah apa pak?, kalau wajah yang santai, dibilang tidak
menghargai, menghadap sana sani dibilang tidak perduli dengan perkataan bapak,
Lalu kami harus gimana pak?” Tapi aku bilangnya pake hati, bukan pake mulut.
Jadi bapak tidak mendengar perkataanku.
hihihi
Setelah bapak melihat KRS ia menyuruh
agar aku terlebih dahalu menghadap Penasihat Akademik (PA), akupun buru-buru
naik tangga lantai dua, lalu masuk keruangan PA untuk menadatangani KRS, tapi
PA tidak terlalu banayak bicara,
barangakali beliau sedang sibuk. Biasanya dia yang selalu menasihatku, setelah
menandatanganinya kemudia kembali ke ruangan Kaprodi, lanjut tandatangan
berikuntnya. Pokoknya ribetlah kalau sudah terlamabat begini.
Setelah
itu lanjut memasukkan berkasku di ruang Tata Usaha (TU), ini yang membuat aku
hampir menjatuhkan air mata, minta ampun aku dimarahin habis-habisan, aku beru
bilang “Permisi Ibu , saya.” Ngomongnya belum selesai aku sudah diomelin sama
Ibu TU, kalau tidak salah omelan semacam
ini “ Thaty, kenapa KRS kamu baru dikasih masuk sekarang, kamu sibuk apa di
luar sana, organisasi? Kamu ini perempuan, coba buat diri kamu baik-baik,
kasihan orang tua kamu sudah susah-susah cari uang hanya menyekolahkan kamu.
Ini lagi kenapa KRS kamu kusut begini, Kamu tidak seperti kaka kamu yang
bersih, dan rajin kuliah.” Mataku suda mulai berkaca-kaca, ditambah dengan
bagian TU lainya menambahkan dengan suara bisikan-bisikan kecil, memarahiku.
Aku nangis karena pertama, Ibu, menyebut kedua orang tuaku, dan yang kedua suaranya
terlalu besar dengan nada kasar, semacam petir menggelegar telinga, Pun
mengutik hatiku. Dan masih banyak lagi yang tidak sempat aku tuliskan. Minta ampun deh, sejujurnya aku paling tidak suka
nangis di depan umum. Tapi kali ini tangisanku pecah, tapi air mataku tidak
terlalu banyak meleh, ada temanku yang menghiburku. Jadi ceritanya aku tidak
melanjutkan tangisanku. Wkwkwwk.
Pelajarjaran
berharga yang aku ambil dari kejadian diatas adalah, lebih banyak menghargai
waktu,. Keterlamabatanku hari ini
barangkali mengganggu aktifitas, baik itu
Kaprodi, PA, dan TU. sehinggah
wajar kalau aku dimarahin. Berikutnya aku lebih banyak menjaga perkataanku
setidaknya perkataan yang tidak menyinggung persaan orang, karena semakin kita
menyinggung orang, maka dibelakang ada orang berjejeran siap menyinggung hati kita. Kita bisa saja nangis karena
tersinggung. Setelah aku berkontemplasi, ternyata kehidupan yang kita arungi
memberi banyak pelajaran, sekecil apapun itu. Dan hari ini aku diajarkan lebih menghormati
waktu agar tidak terlamabat, dan mejaga perkataanku agar tidak menyinggung
siapapun. Bismillah.(*)