This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, February 23, 2017

Terlambat oh Terlambat

Semua punya salah, semua manusia kadang khilaf ataupun lupa, itu sering terjadi dalam diri kita, apakah anda perna mendengar seorang manusia tidak perna lupa dalam segala hal? Jika anda mendengarnya maka anda salah satu orang paling beruntung, kenapa demikian, aku bahkan sebesar ini, punya keluarga, punya sahabat, teman, dan lain sebagianya, kata kilaf, lupa, dan salah sering aku temukan disekeliling mereka. Dan hari ini, barangkali aku sedang lupa, pun khilaf. Perkara itu membuat aku terlambat. Ini adalah kesalahanku, atau entahlah. Tepatnya pukul 11:40 siang, motor hijauku berhenti di depan kampus tempat aku kuliah. Ketika aku mulai berjalan pelan menaiki tangga satu demi satu, kemudian memasuki ruang kepala program studi (KAPRODI).  Dan mengelurkan sebuah berkas yang ada dalam tas sampingku, ialah kartu rencana akhir studi (KRS).

Sebenarnya KRS dimasukan terakhir tanggal 10 februari, karena keterlambatanku, aku baru memasukannya hari ini bersama kedua kaka seniorku, jadinya kami bertiga di dalam menghadap Kaprodi, ketika aku mengulurkan KRS ku, wajah kaprodi mulai mengerucut, dan beliau menetap KRS kemudian memarahi kami dengan nada yang lumayan kasar, kami bertiga hanya berdiri dengan  gaya masing-masing, ada  yang tanganya menggaruk-garuk kepala, ada yang tegak lurus seperti mau baris-berbaris, dengan menampakan wajah sedih menunduk kebawah. Aku masih ingat dengan ucapan Kaprodi. Beliau berkata begini “ kalian ini, kalau lihat kesalahan orang lain, kalian  mulai demo sana sini, tapi kesalahan kalian sendiri tak mau kalian koreksi.” Dengan wajah mulai memerah. Kami tidak berkata apapaun, lagi-lagi wajahku dan kedua kaka seniorku sesekali menghadap wajah beliau, dan lumayan lama menunduk. Lanjut memarahinya “ Kalian ini, nanti dimarahin baru pake wajah kasianlah, menundukan kepalalah.”   Kami bertiga masih dengan wajah menunduk kebawa, kemudian aku berkata “ Pak, kalau kami tidak memakai wajah kasihan, terus kami pake wajah apa pak?, kalau wajah yang santai, dibilang tidak menghargai, menghadap sana sani dibilang tidak perduli dengan perkataan bapak, Lalu kami harus gimana pak?” Tapi aku bilangnya pake hati, bukan pake mulut. Jadi bapak tidak  mendengar perkataanku. hihihi
           
 Setelah bapak melihat KRS ia menyuruh agar aku terlebih dahalu menghadap Penasihat Akademik (PA), akupun buru-buru naik tangga lantai dua, lalu masuk keruangan PA untuk menadatangani KRS, tapi PA  tidak terlalu banayak bicara, barangakali beliau sedang sibuk. Biasanya dia yang selalu menasihatku, setelah menandatanganinya kemudia kembali ke ruangan Kaprodi, lanjut tandatangan berikuntnya. Pokoknya ribetlah kalau sudah terlamabat begini.

Setelah itu lanjut memasukkan berkasku di ruang Tata Usaha (TU), ini yang membuat aku hampir menjatuhkan air mata, minta ampun aku dimarahin habis-habisan, aku beru bilang “Permisi Ibu , saya.” Ngomongnya belum selesai aku sudah diomelin sama Ibu TU, kalau tidak salah omelan  semacam ini “ Thaty, kenapa KRS kamu baru dikasih masuk sekarang, kamu sibuk apa di luar sana, organisasi? Kamu ini perempuan, coba buat diri kamu baik-baik, kasihan orang tua kamu sudah susah-susah cari uang hanya menyekolahkan kamu. Ini lagi kenapa KRS kamu kusut begini, Kamu tidak seperti kaka kamu yang bersih, dan rajin kuliah.” Mataku suda mulai berkaca-kaca, ditambah dengan bagian TU lainya menambahkan dengan suara bisikan-bisikan kecil, memarahiku. Aku nangis karena pertama, Ibu, menyebut kedua orang tuaku, dan yang kedua suaranya terlalu besar dengan nada kasar, semacam petir menggelegar telinga, Pun mengutik hatiku. Dan masih banyak lagi yang tidak sempat aku tuliskan. Minta  ampun deh, sejujurnya aku paling tidak suka nangis di depan umum. Tapi kali ini tangisanku pecah, tapi air mataku tidak terlalu banyak meleh, ada temanku yang menghiburku. Jadi ceritanya aku tidak melanjutkan tangisanku. Wkwkwwk.


Pelajarjaran berharga yang aku ambil dari kejadian diatas adalah, lebih banyak menghargai waktu,. Keterlamabatanku  hari ini barangkali mengganggu aktifitas, baik itu  Kaprodi, PA, dan TU.  sehinggah wajar kalau aku dimarahin. Berikutnya aku lebih banyak menjaga perkataanku setidaknya perkataan yang tidak menyinggung persaan orang, karena semakin kita menyinggung orang, maka dibelakang ada orang berjejeran siap menyinggung  hati kita. Kita bisa saja nangis karena tersinggung. Setelah aku berkontemplasi, ternyata kehidupan yang kita arungi memberi banyak pelajaran, sekecil apapun itu. Dan hari ini aku diajarkan lebih menghormati waktu agar tidak terlamabat, dan mejaga perkataanku agar tidak menyinggung siapapun. Bismillah.(*)

Sunday, February 19, 2017

Sepenggal cerita di Balisosa



Bagiku kebersamaan adalah indah.  Hari ini, ketika langkah ini menginjaki kamar kosku, dan tubuh ini mulai merebahkan di atas kasur. Aku mulai sedih dan galau, seperti ada perpisahan antar pasangan kekasih yang lama menjalin hubungan. Aku mulai merasakan kesepian meskipun di luar sana sangat ramai, sepi seperti sunyi menghantui di tengah malam. Aku tidak tahu kenapa, apakah ini semacam rindu?
Rindu tentang kebersamaan aku dan kawan-kawanku di pantai Balisosa, pantai yang sangat sederhana namun membentuk segudang kenangan. Ketika malam tiba, dan agenda kami terlaksana  hingga selesai, aku dan kawan-
kawan menghabiskan sisa waktu dengan banyak bertukar pikiran, membahas kondisi siosal,  sampai hal-hal mistis pun diceritakan, membuat aku merinding ketakukan. Hehehe.Tapi untunglah ada bintang di langit  yang bisa mengusik ketakutanku, dan cahaya lampu di pulau kecil sana bisa mendamaikan jiwaku.
Adapun  sekelompok kawanan yang duduk berbentuk bundaran yang jaraknya tak jauh dari kami, mereka  tertawa terbahak-bahak, entahlah apa yang ditertawakan, aku tidak terlalu memperdulikan. Di tambah lagi dengan pemandangan malam begitu menggiurkan hati, menetramkan pikiran. Bahkan sebagian kawan tak mau kehilangan momen indah dengan mengabadikan diri berfoto dan menuliskan dalam bentuk karangan  puisi.
Eetsssss, tapi aku juga tidak mau kalah loh, meskipun aku kadang takut, bahkan sesekali tertawa, tapi aku senang menatap cahaya bersejaran dari kota kecil “Ternate” dan sedikit menuliskan  puisi, tentang apa aku yang tahu. Begini puisinya.
“ Aku bisa memandang kota itu, bukan cinta itu.
“Aku bisa memandang cahaya dari bilik jauh itu, bukan memetik kalauwan itu”
“dan di sampingnya ada gunung menjulang lebih tinggi dari kota itu”
“pun sepenggal Pulau Panjang masih terlihat di sana”
“akh, indahnya”
Itulah sepenggal puisi yang ku tuliskan disepenggal kertas yang masih aku simpan sekarang. Mesikipun puisi memiliki makna yang agak bias, aku tak perduli, aku hanya bisa menulisakan apa yang aku lihat malam itu. Sehingga  hati dan pikiranku mengelolah membentuk sederet kata.
Tiga hari dua malam  di pantai Balisosa itu,  menyimpan banyak kenangan. Makan seadanya namun terasa nikmat, tidur di sebuah tenda kecil namun tak jadi soal. Sebab kami diajarkan  banyak di jalanan.  Agar diri kami  menyatu dengan alam, dan peka dengan kondisi yang ada. Itu  semua kami jalankan bersama-sama tanpa ada keluh kesah.
Dan  inilah sebabnya kenapa aku suka jalan. Jalan dengan kawan-kawan, karena setiap perjalanan pasti ada  kenangan, dan setiap  kenangan pasti ada yang mengenang.
Terimah kasih kawan-kawanku atas banyak pelajaran hidup yang kalian beriakan, atas cinta dan kasih sayang yang begitu tulus. Terimah kasih kawan, telah mengajariku mencintai yang sederhana serta pesan dan kesan begitu berarti bagiku.


Wednesday, February 15, 2017

Dialog Publik BEM Unkhair Fakultas Pertanian.

Ternate, selasa 14/02. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menggelar dialog Publik yang bertajuk "Menakar Sistem Pengelolaan Hasil Hutan dan Kelapa Sawit Untuk Pemodal atau Petani".Tujuan dilakukan dialog ini adalah mencari solusi mengenai masalah yang terjadi di Maluku Utara saat ini. 

Saya sebagai Mahasiswa jurusan Kehutanan, turut memberikan apresiasi besar kepada BEM Fakultas pertanian, memiliki ide kreatif dan kepedulian untuk kesejahteraan rakyat Maluku Utara. Sebab Permasalahan yang kerap terjadi di daerah-daerah di antaranya Gane, Gebe, Obi, dan Morotai merupakan sasaran investasi yang memiskinkan masyarakat, merupakan tanggung jawab kita bersama seraya mencari jalan keluar demi pembebasan rakyat  Maluku Utara.

"Bila Hatimu Bergetar Marah Melihat Ketidakadilan Maka Kita adalah  Kawan"
Inilah bentuk kesolidan dalam gerakan aksi pembebasan Rakyat Maluku Utara.