This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, May 10, 2021

Mitos-Mitos Superioritas laki-laki



Sejak revolusi pertanian ketika makhluk hidup mulai didomestifikasikan, jenis kelamin memilki pengaruh dalam hirarki, orang-orang mulai membeda-bedakan dirinya sebagai perempuan dan laki-laki. 

Di  Athena Demokratik Abab ke 5 SM, seseorang yang memiliki rahim tidak punya status hukum yang independen dan dilarang turut serta  dalam majelis rakyat dan hakum. Tidak ada pemimpin atau filsuf perempuan yang hadir.  Mereka tidak mendapat hak politik dalam catatan sejarah.  

Rahim menjadi  salah  satu penghalang manusia, dalam kiprah digelangang publik. Namun tak bisa dipungkiri bahwa nama Athena sendiri menjadi salah satu dewi yang dipercaya. Dalam satu dialognya Kratilos, atau Filsuf Yunani Plato 428/427 SM-348/347 SM memberi pendapat mengenai asal usul nama Athena, menurutnya nama Athena Berasal dari Atheonoa yang berasal dari kata Theos (Dewa) Nous (pikiran), asal usulnya menunjukan sebagai dewi  kebijaksanaan yang menggunakan pikiran. 

Itu tandanya ada mitos yang dipercaya sebagai perempuan satu kekuatan  dewi penyelamat, namun tidak berhenti sampai di situ, kepercayaan mitos inilah melahirkan perempuan memiliki  kekuatan seperti penyihir. 

Di Tiongkok misalnya sejak 1200 SM, ada sebauh ramalan tulang yang digunakan untuk masa depan, di salah satu tulang terukir akankah  persalinan Nyonya Hao Mujuri? “bila anak itu Terlahir pada hari Ding, mujir;, bila pada hari Geng, luar biasa mujur, tapi nyonya Hao ternyata melahirkan pada hari Jiayin, artinya tidak mujur. Sementara anaknya perempuan.

Lebih dari 3000 tahun kemudian, saat Tiongkot para Komunis menjalankan kebijakan satu anak, banyak keluarga tiongkok terus mengagap kelahiran anak perempuan sebagai satu kesialan. Kepercayaan itulah   kebanyakan orang tua mereka membuang anak  perempuan, dan berbondong-bondong mendambakan anak laki-laki sebagai kemujuran.  

Tak cukup sampai di situ, bahwa kerusakan yang dilakukan adalah  sapiens laki-laki. Mereka menciptakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh perempuan, seperti perekmabangan  Sains, ketika ekspedisi dilakukan oleh orang-orang Eropa . setelah perkembangan saintic, uang begitu berharga, namun para santik tidak melihat situ. Mereka tidak mempertanyakan biaya yang dibutuhkan untuk menguji satu penelitian. 

Setelah perkembangan modernitas membawa babak baru, bahwa pengujian, dan penciptaan teknologi dilakukan berdasarkan kepentingan secara politik, dan ekonomi. 

Orang-orang melakukan ekspedisi bertahun-tahun untuk menemukan hal baru, bahkan sampai mati di laut, karena kelaparan, dan penyakit yang bernama skorbut. Tak terhitung berapa nyawa terselamatkan.

Dari sini, James Lind,  melakukan uji coba dengan memberi sayuran seperti col dan lemon yang kita sebut sebagai vitamin C saat ini.  Hal ini dipercaya oleh Jemss Look, ketika melakukan ekspedisi.  Mereka menyinggahi pulau-pulau untuk mengambil bauh-buhan sebagai petahana hidup. 

Namun setelah perjalan penjang itu, kedatang James Cooke membawa petaka bagi orang-oramg Salandia Baru dan Australia, memiliki lahan subur paling subur direbut. Bagi orang Oborigin dan Mori kedatang ekpeidis James membawa petaka bagi mereka. 

Bahkan lebih para lagi para penduduk asli Tasmania yang hidup setalah lestari selama 10.000 hidup dalam isolasi yang hebat. Kedatangan Jams ini mengusir penduduk asli dan lalu menguasi alam liar du pulau itu. Mereka bahkan membunuh secara sistematis. 

Sebagainya digiring ke kamp Evangelis dengan maksud agar mengajarkan mereka namun misonaris tidak dikatan berpikiran terbuka untuk mengindoktrinasikan mereka ke dunia modern. Dengan cara mengarkan mereka menulis, membaca, mereka juga diajarkan beragama kristen, serta keahlian produktif menjahit bajun membaca. Kala itu mereka enggan belajar dan makin melakonis, ingin keluar dari dunia modern alis mati.  Guys kamampuan Sains membawa mereka mengejar sampai pada kehidupan setelah mati. Orang Tasmania yang mati, dan jenajah mereka disita lalu dibuat penelitian dan artikal ilmia oleh para antropologi dan kurator. 

Tengkorak dan kerangka tubuh lainya di pamerkan di museum para antropolog. English Royal College of Surgeones sampel kulit dan rambutnya sampai tahun 2002. 

Dalam cerita ini Noval Harari mengangkat dua pertanyaan, bahwa apakah  Cook dalam ekspedisi sains dilindungi oleh militer, ataukah ekspedisi militer dengan beberapa ilmuan yang menumpang?  Menurutnya tidak ada yang menjawab, namun pertanyaa saya apakah dalam ekspedisi itu ada perempun? Ataukah sebagian dari militer adakah perempuan? Tidak satupun bisa menjawab. 

Cerita ini memantik saya bahwa dari temuan-temuan tersebut ada yang terbaikan bahkan tumbang. Manusia mengejar keigintahuan tapi memusnakan manusia lain beserta alam dan seisinya. 

Penguasaan, keinginan, dan ambisi yang salah membawa petaka bagi orang-orang tak bersalah. Alih-alih mejatukan korban dan mereka merasa benar dan merasa terkenal setelah penumbangan itu. Mereka tidak bertanggung jawab. Artinya manusia kadang lupa, dan melihat pada satu kebenaran dan mengabaikan kesalahan yang dilakukan. 

Penghuasaan atas saintik juga didominasi laki-laki, eksodus yang dilakukan untuk sebuah ilmu pengetahuan telah menunjukan kapasitas sebagai manusia yang berotot bisa melakukan hal demikian. 


Perempuan Bukan Sosok yang Lain

Di sini Harari mengkrtitisi terkait mitos budaya yang dijadikan suatu kebenaran dan dipertahankan hingga sekarang. Ia menganggap bahwa mitos ini menetapkan baginya peran-peran maskulin tertentu seperti (terlibat dalam politik).  Hak maskulin misalnya memberi pengaruh dalam pemilu.   

Hak perogatif menjadi bungkam  yang  Harari menyebutnya  Sapiens Betina  tentu mengalami diskriminatif di ranah publik.  Ruang-ruang emansipasi menjadi kekuasan Jantan yang menamainya laki-laki.

Dalam biologis, manusia dibagai menjadi jantan (fame), dan Betina (Famale). Jantan memiliki satu kromoson x dan satu kromosom y, sementara betina  memiliki dua X.  Namun  menurut Yoval Noah Harary,  melihat laki-lak (Man) dan Perempuan (Women). Adalah kategori sosial bukan biologis.

Harari memilah dua  bagian di mana biologis yang memungkinkan sesuatu itu terjadi, malah budaya melarang hal demikian. Kepercayaan  ini membuat perempuan terus terjerumus dalam   hak milik patrartki yang sangat menjengkelkan  bagi saya. 

Perempuan bukan sesuatu yang lain, yang harus diperlakukan  secara terpisa dengan laki-laki, seperti  catatan sejarah yang ditulisakan dari abad ke abab menjadi manusia yang terus diasingkan. 

superiotitas laki-laki telah merubah perempuan menjadi sesuatu yang lain,  Wacana superioritas sangat lekat dengan laki-laki.  Sudah menjadi susatu yang lumrah di tengah masyarakat ketika menganggap kekuatan itu sepenuhnya diberikan kepada laki. Peran ini sangat nyata  di kalangan masyarakat terutama di Indonesia yang dominasi patriaki yang  berlaku.  Dimana laki-laki mengalami keuntungan lebih dari menguasai.  Keinginan laki-laki dari ekspansi  untuk berkuasa telah menjadikan perempuan seolah tak beradaya.  

Konspirasi manusia ingin menguasai dengan  siasat maskulitas yang mengatastenamakan laki-laki memberi ambisi manusia yang berotot  menindas manusia lainya. Tidak berhenti sampai di situ, proses marjinal terhadap perempuan mengalami perubahan dalam menindas, sehinga lahirlah teori-teori yang dilihat berdasarkan realitas saat itu maupun sekarang.  Namun tak bisa dipungkiri pengaruh budaya  berjaya, kekerasan terhadap perempuan semakin membara di tengah masayarakat dan bahkan naik level.



Nanti ada lanjutan dari part 2. Tapi bagi pembaca yang pengen baca atau penasaran, tinggal hubungi aku saja. Terus dukung aku Biar aku juga tidak bosan-bosan menulis. Hihi😊

Monday, December 21, 2020

Nasihat Diri

Aku tidak ingin mengikuti kata hatiku yang lemah, aku tidak menjadi orang lemah, apalagi mengikuti kata hati melemahkan seluruh perjuanganku. Aku harus bangkit, bahwa hidup tidak hanya tentang hari ini, tidak hanya tentang aku yang berdiri secara individu, tapi hidup adalalah komunal untuk orang banyak. 

Hari ini, aku harus menerima konsekuensi bahwa aku telah membenci orang-orang yang tak bersalaah, aku harus iklas menerima apapun itu, jangan biarkan egois melapaui diriku, itu hanya akan melemahkanmu. Aku harus baik sebagai manusia, untuk terus berbuat baik kepada siapa saja. 

Aku tidak mau menjadi perempuan yang baik kalau mereka juga baik. Hari ini, dari salah ku sendiri aku harus bangkit dan merdeka , aku harus dewasa dalam menuai cinta. Jangan biarkan sisi buruk cinta melemahkanmu dan buat kamu seperti orang bodoh dan terus bodoh. Aku harus menguatkan hati biar prasangka buruk tidak terus menghasut dan membuat seperti orang-orang jahat yang terus memburuh manusia tak bersalah. 

Aku harus belajar ikhlas lagi, aku membenci bahasa-bahasa cemburu itu tumbuh dan membikin lupa diri, buat aku mati dalam kegalauan, mati dalam amarah-amarah yang hanya menambah penyakit hati. Aku harus kembali menjadi diriku, yang tetap tegar dan tak mudah patah, masih banyak persoalan di luar yang harus aku selesaikan, dan harus diperjuangkan tentang cinta dan karir. Belajarlah dari orang hebat, bahwa orang besar, tidak menjadi hebat apabila tidak melewati banyak proses dan jatuh bangun. 

Perjalanan tidak hanya tentang bahagia, tapi tentang kesedihan bahkan kepedihan, maka jika langkahku sudah ada pada masa ini, aku semestinya memaklumi, dan tertawa, bila aku telah melewati keterpurukan itu, tertawalah dan bilang bahwa hidup ini soal permainan, jika kamu terus berlatih dalam perminan, maka kamu akan menjadi the king 

Friday, May 8, 2020

Haruskah desa juga di Lock Down?

Sewaktu saya di rumah, akhir April kemarin, saya menyaksikan pemerintah desa membagi-bagikan sembako dari rumah ke rumah, mulai dari minyak kelapa, beras, dan mie. Penyaluran sembako ini sudah pasti ke desa-desa di Maluku Utara. Ketika pandemi Covid19. Ini masyakat diperintah stay home, namun akan pemerintah tidak kawalahan? Jika ini berlansung terus menerus, sementara kasus positif semakin bertambah, dengan jumlah sembuh masih terbilang kecil. Saya lebih berpikir begini, pandemi corona berasal dari mereka yang berpergian ke luar daerah, selama tidak ada yang bepergian ke luar kota maka virus itu tidak bakal menyebar. Pemerintah semestinya memperketat jalur keluar masuk. Kesalahannya yang berdatang itu hanya di suru karantina mandiri tanpa pendampingan dinas kesehatan. Hal imi tidak bisa dibiarkan begitu saja, mereka harus di kawal ketat dan dipastikan bahwa mereka negatif korona. Orng-orng itulah yang harus di perhatikan lebih ketat lagi. "Yang kita takutkan di sini mereka yang tampa gejala" Mesikpun sekarang pemerintah tidak tidaklah masif mengatasi korona, dan wabah menyebar cukup signifikan, namun hemat saya desa-desa yang masih jona hijau tidak perlu di lock down, disamping memberikan bantuan sembako, saya pikir pemerintah harus melakukan mengadakan bibit tanaman bulanan agar petani di sana bercocok tanam. Bukan tanpa alasan, saya lebih melihat begini, cara bertani masyarakat di kampung bukanlah petani kelompok dengan membutuhkan orang sebanyak mungkin, tidak seperti para kapitalis memperkejakan petani dengan gaji kecil dan jumlah orang yang banyak. Di kampung mereka adalah keluraga kecil, masyarakat punya tanah sendiri, sementara jarak kebun masyarakat di sana sangat berjauhan. Hal ini tentunya berbeda di perkotaan, seperti di tempat keramaian, rentang akan viris tersebut sebab begitu banyak warga berkerumun dan berdesakan. Ya kalau di kebun tidak, malah warga kampung di buat lebih sehat karena terus beraktifias dan menambah imun tubuh melawan korona, ketimbang harus mengurung diri di rumah, serta menyajikan tontonan berita di televisi, menurut ibu saya maag-nya suka kambuh karena takut. Hal ini juga membuat frustasi masyarakat dengan ketakutan itu terus menghantui mereka. Demi membantu kelurga sendiri, kenapa masyarakat tidak diberi puput dan bibit sebagaimana untuk meringankan pemerintah yang sekarang barangkali kewalahan memikirkan dana dalam penanganan wabah ini. Bibit ini sebagaimana membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan di tengah pandemi. Dengan cara bercocok tanam, ya buat bekal kedepan ketika pandemi ini belum berakhir. Kita juga belum tahu kapan pandemi ini berlalu. Maluku Utara hampir di setiap desa dampak covid19 belum banyak tersentuh, seperti di Halamahera utara, ketika saya di desa Gorua, masyarakat masih melakukan Sholat berjama,ah yang tidak sesuai protokol pemerintah RI. Kalau semua warga di suru lock down entahlah barangkali tidak hanya wabah korona yang merajalela tetapi di tambah wabah kelaparan. Dengan mengajak petani bercocok tanam masyarakat tidak hanya duduk diam, dan mendamba ke pemerintah tidakpula begitu bergantung ke pemerintah, tapi bisa menghidupi kebutuhan sendiri di musim pandemi sekarang

Saturday, February 22, 2020

Saat Napak Tilas di Tapal Batas


Sela-Sela orasi

"Permendagri Tak Semanis Permen Kaki"


Begitulah poster yang bertuliskan kritik terhadap kebijakan Pemerintah Propinsi Maluku Utara, tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri.


Sehari saya berada di desa Kuntum Mekar, kecamatan Kao Teluk, Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara.  Memang saya sengaja, belum mau ke Tobelo karena alasan menyaksikan aksi masyarakat kao Teluk, menyoal tapal batas.


Pukul 08 pagi, di Tabanoma, saya di suguhkan sarapan pagi; nasi putih, nasi goreng, ikan teri garu kecap, sambel pedas, dan sayur pepaya, yang sudah di sediahkan ka Upi, salah satu senior saya di organisasi. Tak hanya kami berdua, tapi bertiga. Satunya tak perlu di sebut cukup di simpan dalam hati.  Eyaaaah.

Setelah sarapan kami pertiga  menuju tempat aksi. Saat sampai di sana rupanya pemboikotan sudah di mulai, mobil penumpang lintas Tobelo Sofifi di hentikan, penumpang dari  Tobelo harus turun mencari mobil tuk melanjutkan perjalanan ke Sofifi dan sebaliknya.


Terkait pele jalan  ini tidak hanya di lakukan kemarin,  Sabtu 22-02-2020. Jauh sebelum itu persoalan tapal batas suda menjadi wacana yang tak pernah tuntas. Menurut ka Upi sudah lima kali masa memboikot jalan.


2019 lalu, setelah selesai lebaran, kaka saya bercerita, ketika sedari  di Galela dan balik ke Ternate, mobil mereka di tahan di Kao Teluk. Lalu menunggu aksi selesai baru melanjutkan perjalanan ke Sofifi.  Tentunya aksi saat itu, dengan isu yang sama dan masih hangat di Minggu ini.

 
 Mobil Pemprov di Tahan Masa

Menyaksikan demonstrasi sudah menjadi hal biasa bagi saya, ada yang orasi  sambil marah dan mau membakar mobil Pemrov yang berani sekali lewat di tempat tersebut. Bahkan mobil tersebut di lempar dan di ijak sampai kacanya pecah. Ada pula seorang bapak yang berorasi karena ingin membubarkan aksi, di suru berhenti berbicara dan hampir di keroyok masa aksi, di depan bapak Bupati Halut Frans Manery.

Pukul 10;40. Bupati dan para rombongan datang di tengah masa aksi, asap bakar ban memupul dan menyebar ke mana-mana sampai ke wajah saya. Panas terik matahari tak menghentikan masa berorasi, termaksud Frans Manery. 

Ketika menyampaikan orasi, lelaki yang menggunakan kacamata, dan bertopi hitam begitu antusias saat mengeluarkan bobotan orasi, meskipun di sela-sela perbincangan soal tapal batas  ia terhenti seperti tersendat dan  lupa ketika berbicara soal UDD. Namun kritik pedas  terus dilontarkan kepada Gubernur.


Dengan Microfon di mulutnya, ia berjanji akan terus mengawal masalah ini sampai tuntas, dirinya menyalahkan Gubernur Abdul Gani Kasuba, pada  Tanggal 5 november 2018, mereka membuat  surat dengan catatan 4 desa masuk Halbar dan 2 Desa Masuk Halut.


Ia juga berorasi dengan masa aksi, mempersoalkan "Permendagri Nomor 60 Tahun 2019 Berkah atau Bahala", dengan judul propaganda yang saya baca, agak benarnya juga sih. Sebab keputusan itu dikembalikan ke Permendagri sejak 20 Agustus 2018.  Toh impeknya hambar bagi masyarakat 6 desa. Bahkan Peraturan dibuat tanpa diberi sosialisasi kepada masyarakat.



Pembicaraan ia juga sudah pasti di sorot wartawan dari berbagai media, setelah banyak berbicara dan terus-terus menyalahkan Gubernur, saya yang duduk di bawa tenda berisikan Syound Sistem bersama para opreter, lansung mengatakan, Bupati Halut bakal naik daun, karena media akan memberitakan kedatangan ke sini, entah tujuannya menghadiri pembukaan Folly Ball, ataupun kepentingan moment politik 2020 antara kekuasaan dan cari nama baik, di depan masyarakat.


Media sudah memberitakan Bupati Halut, dan saya sudah membaca berita tersebut semalam.
Bupati Halut Menyampaikan Orasi

Sementara kenapa Gubernur sontak tidak mendengar urusan ini, setelah di kontak dengan alasan beliau keluar kota. ataukah kepentingan politiknya masih jauh. Jadi tidak apa-apa jika tuntutannya tidak digubris. Hehehe.


Di samping itu, saya agak risih ketika dirinya mengatakan bahwa ia bersama masyarakat mencari solusi seperti apa, agar masalah ini tertasi, ia berbicara seolah kehilangan ide, ia berbicara seolah bingung dengan bagimana cara menyelesaikan masalah ini, padahal mereka adalah solusi ketika masyarakat sedang membutuhkan. Lewat kekuasaan di pemerintahan. Lagian aksi ini tidak hanya hari ini kan, jauh sebelumnya sudah di buat, Pak Bupati.


Ini poinnya bagi Bupati, ketika masyarakat Kao Teluk memboikot jalan. Bupati turun bersama masyarakat, media menyoroti, menjadi  wacana publik. Bupati naik daun, karena mengeluarkan statemen pedas kepada Gubernur. Iyah, permainan kekuasan memang seperi ini, saling menjatuhkan.


Setelah dipikir-pikir barangkali tensi aksi bakal naik harus disesuaikan  moment politik, saya mendengar ada pula yang menyampaikan orasi, dengan nada emosi mempertanyakan " kenapa nanti dekat politik baru aksi?", saya sebenarnya agak geram mendengar itu, sebab ia tahu ini moment politik kenapa ia aksi, seolah menuntut masa aksi bubar dan tidak perlu berdemo, dan kenapa harus capek-capek ikut setingan. Aneh-aneh.




***
Aksi terus bergejolak, supir angkot ada yang datang bernegoisasi dengan masa Aksi, namun mereka akan membiarkan mobil itu lewat kecuali membawa ibu hamil, orang sakit, dan orang meninggal. Tentunya mobil tidak seenaknya lewat, 3 mobil tengki yang membawa minyak menuju premium  Kao dan Tobelo juga terhenti.


Masyarakat membuat tenda di jalan, sejak pagi, poster-poster di taru di jalan  depan tenda, kayu dan balok di lintangkan di jalanan, suara-suara saund tak hentinya berbicara soal tapal batas. Dan saya terus menyaksikan pemandangan ini. Meski sesekali saya pusing karena tak sanggup dengan panas matahari.
Tiga Mobil Tengki minyak di boikot


Aksi masa yang tergabung dari Mahasiswa, para Kades di 13  desa dan masyarakat, serta Camat kecamatan Kao teluk. Memang menyimpan sejarah panjang dan perjuangan.

Aksi baru selesai setelah mereka bernegosiasi membuat satu keputusan, akan melanjutkan pemboikotan, sampai masalah 6 desa selesai. Selanjutnya pada senin 24 Februari, bersama Mahasiswa, Kepala-kepala desa, Gubernur, dan Bupati, akan membicarakan tahapan berikutnya di Tobelo.


Saya kira masalah ini sudah berlarut-larut, 6 desa ini sudah lama menjadi perdebatan yang membikin masyarakat bingun dengan administrasi, pasalnya mereka pernah di tolok mengikuti tes PNS karena KTP mereka bermasalah, antara Halut-Halbar...sedih yah.

Saya sering mendengar napak tilas tentang 6 desa ini sejak kuliah semester 2, tahun 2015. Sampai sekarang saya masih saja dipersoalkan. Semoga dapat terselesaikan, bukan tahun depan, atau momentum kekuasaan baru masalah ini dibicarakan, namun harus diseriusi. 


Setelah pukul 05 sore, jemputan saya telah datang, dan saya  melanjutkan perjalanan menuju ke Tobelo, mudik ke kampung di Galela. Sementara masa aksi baru bubar pada pukul 06 sore, dan para supir Sofifi-Tobelo, dengan lega ketika mendengar informasi dari kordinator lapangan.


Monday, July 8, 2019

Haliyora

Thet


Di bawa langit, sehabis hujan, awan nampak tenang aku melayari lautan, menatap laut dengan gelombang
Membuat perahu oleng, aku mamandang kira-kanan, orang-orang nampak sibuk berbincang, tentang apa dibahas aka tak mafhum.

Aku menatap gunung dari kejauhan terlihat hijaun, di ujang gunung terbungkus awan menggumpal, begitu tenang memandangnya berulang kali, dan yang terpikirkan hanyalah Halmahera sungguh menggelorakan.

Ombak masih memukul sampan, aku sedikit takut, sebab dari sekian kerumunan, tak ada yang aku kenali, aku beradu dengan kata-kata, di dudukku yang sendiri dan awan mulai menutup cahaya matahari, ternyata hujan masih basah. Rintikan sedikit demi sedikit hinggap di kepala dan wajah dan seterusnya.

Angin berpapasan masuk ke pori-pori, dingin begitu terasa di bibir yang gemetaran, di telapak kaki ia menyasar.
Sampan masih saja berlayar menuju tujuan, lagu ambon dan Tobelo begitu  nikmati di telinga orang-orang, tertidu, ada yang tidur dan juga duduk bengong, barangkali tersentuh oleh musik dan kalimat-kalimat yang menyayat hati.

Ternate nampak semakin jauh, perjalan mengajak  dekat ke Haliyoara  tentang apa yang ku tuju, semakin aku memenuhi sedikit rencana yang sudah ku kekemas  dalam mimpi. Bukan lagi harapan.

Saturday, July 6, 2019

Selama Badai Berlalu


Thet



 ini bertemakan gelisah, tentang aku yang mulai posesif, tentang aku tak lagi percaya akan diri ini.  Kemarin barangkali aku mulai malas menemukan sejuta keingintahuan akan sesuatu itu.

Semakin orang-orang perduli padaku, aku mulai melihat diriku detik ini penuh pekat, malam dengan angin pelan-pelan  menghantam rantai pohan, suara dentuman ranting  cukup jelas di telinga. Sekali lagi pikiran terus mengguyur tubuh  tentang   beberapa makna  tak lagi terpecahkan di antara batas-batas gelap dan terang.

Perjalanku sedari tadi ialah menuju kepemahaman, pada mereka begitu  banyak menyalurkan potongan-potongan bahasa lalu mengubah cara memahami hidup, barangkali saban lalu aku seperti  berleha-leha menyusuri duniaku .

Arloji  bergerak cepat, aku mulai sedikit memahami pernyataan tersebut, dalam kalimat terlontarkan.  Aku tak lain hanyalah biasa-biasa saja, kadang aku terlalu lupa tuk mengingatnya, terlalu lama  bangun dari tidur-tidur begitu  nikmat,  kemudian terlalu sedikit aku mafhum akan deretan aksara

Harusnya aku lebih sabar menerima proses, harusnya aku lebih tabah memahat hidup. meski harapan tak sesuai kenyataan, tapi usaha  motifasi tinggi tentunya  mempengaruhi  segala capaian seraya menuju puncak tajuk.

Selama langit masih memutih, pelangi masih menghiasi semesta, hujan masih berhenti, badai pasti kan berlalu, teruslah membunuh kejenuhan dengan menyalakan lantera  sembari terangkan di sudut penuh kegelapan.





Sunday, June 30, 2019

Pecandu Fanatifisme

Foto: Ko ir (papa Nara) 



Paham fanatifisme sudah hadir berabad lalu,  dimana paham ini untuk mempertahankan apa yang menurut pandangan benar dan tidak menerima ide atau tanggapan dari pandanga lain,  menurut Filsuf George Sentayana,  merupakan penulis Inggris mendefinisikan fanatifisme sebagai melipatgandakan usaha dan lupa tujuan utama,  sementara Winston Churcill merupakan seorang tokoh politik dan pengarang asal Inggris mengatakan jika seorang fanatifisme tidak akan mengubah pola pikir serta mengubah haluan sehingga tidak mengambil manfaat berpikir positif karena sikap fanatik yang dimilikinya.  Begitulah menurut tokoh yang memandang fanatifisme.

Sikap fanatifisme ini  sering di temukan di sekeliling kita  lewat praktek, semisal pelarangan dalam budaya yang dipercaya secara terun temurun, dan yang paling marak interpetasi fanatifismenya di sebarkan lewat media sosial.


Baru-baru ini, media mempublikasikan sidang putusan Mahkama Konstitusi terkait  hasil  gugatan Pilpres oleh Prabowo-Sandi, dan  tanggal (27-06-2019), putusan  tersebut telah  memenangkan Jokowi -Ma'ruf  selama beberapa  hari masa  persidangan.

Namun di Facebook, begitu  banyak pendukung baik Prabowo-Jokowi saling serang  -menyerang pada postingan foto  maupun  Caption  yang sangat menukik, ada  yang menulisnya  bahagia karena menang  lalu  menyindir yang kalah, dan  sebaliknya. Polemik yang begitu  melahirkan  sikap  saling memusuhi yang sangat  disayangkan apabila  perilaku ini diinterpetasikan  terus-menurus dan mengalir kegenerasi berikutnya. Barangkali akan mengkonstruksi pemikirannya, hanyalah bagaimana  cara menjatuhkan  lawan dan bagimana cara kekuasaan tunduk di tangannya.


Politik memang begitu, pertarungan politik yang kita saksikan  saat ini adalah saling menjatuhkan, politik struktural yang bagi penulis omong kosong saja malah membikin negeri semakin diperparah panoramanya,  maupun mahkluk  hidup di muka bumi,  meskipun nantinya  bedah kemimpinan lagi, barangkali tidak merubah kesenjangan sosial yang dilakukan atas kepemimpinan yang sekarang. 

Maka perlu kita tanamkan adalah sikap realistis terhadap pilihan kita, setelah kalah dan menang itulah pertarungan politik  soal biasa.  Kalau pemimpin berbuat kesalahan maka  harus dilawan. Bukan saling hujat,  dan saling meninggu-ninggikan para tokoh yang dipilih. 

Dari tulisan di medsos, pecandu ideologi fanatifisme harusnya dirubah ke perilaku yang positif, harusnya sikap fanatik lebih diarahkan pada masalah sosial yang saat ini memang mungguncang tatanan negeri,  apalagi Maluku Utara mengalami krisis ekonomi,  di tengah anjoklahnya harga cengkeh dan kelapa.  Kalau sikap fanatik ini terus diarahkan ke hal-hal seperti ini,  maka segala bentuk penjajahan oleh rezim oportunis bisa dikalahkan dengan persatuan seluruh masyarakat dan generasi muda yang sadar akan kondisi sosial.


  • Menurut Robert F Kennedy, kemajuan merupakan kata yang merdu tapi perubahanlah penggeraknya dan perubahan mempunyai banyak musuh. Maka musuh-musuh itulah orang-orang yang  senantiasa menghancurkan kesejateraan masyarakat  yang harus dilawan.