This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, November 27, 2017

Penakluk Sendiri

.
            Biarkan kali ini aku sendiri, mewarnai hidup dalam kelam bermuara dan sunyi menjalar, sebab perasaanku begitu kuat kaulah arti dari kesendirian. Kemarin kita bersama, menapaki canda tawa di persimpangan jalan, semacam drama film yang diskenariokan. Aku ingat  betul waktu itu.
Lalu kepergianmu begitu membuatku belajar sendiri, belajar kuat diatas serpihan-serpihan rindu. Senyumku masih muncul, walau dibarengi dengan air mata. karena aku sadar, aku tak bisa memanggilmu pada jarak yang terbilang jauh. Walau badanku rebah diatas sakit, aku tak bisa memanggilmu. Sudihkan kau di sana rindu kepadaku, masih sempat menjatuhkan air mata, ketika kenangan melintasi jalan pikiranmu, atau masih senyum ketika ingatan tentang aku yang jahil kala itu kepadamu.
                Kau tahu, aku menuliskan ini, di bawa rintikan hujan pelan jatuh ke tanah, dingin menyelimuti, lalu kamar kecil sebagai tempat peneduh. Seiring aku memanggil namamu, dengan suara pelan, semakin pelan, detik itu pun aku ingin kau ada di dekatku. Memetik mawar yang mekar untukku, menyandingkan kepalaku di pundakmu, merasakan kehangatan tubuhmu begitu menetramkan, kemudian jemari tak lepasa memegangmu.
                Percayalah, maka kamu tak merasakan sendiri, sebab itu obat penakluk sendiri, tenanglah kala suara hampir memarahimu, sebab suara yang keluar adalah suara cinta yang dalam, begitu mengalir dalam tubuh lalu mentranfusinya dalam hatimu. Janganlah meragu, pergilah mempelajari kepercayaan dianatar kisah yang terjalani, pergilah menanam bunga-bunga indah di atas derai hujan agar terlihat subur.  Pergilah mengetuk dirimu sendiri, agar kau yakin bahwa cinta yang hadir tak lain adalah cinta berakar dari rasa kemudian tumbuh bermuara dalam lubuk hati. Jika engaku mengabaikan maka percayalah ia akan mati dengan sendirinya, dan tumbuh kelain hati.
                Aku harap tidaklah terjadi, ini hanyalah sedikit kalimat yang kutuliskan agar kau tahu, aku tak bermain dengan hubungan. Tentunya engaku pun demikian.  Persiplah dirimu sebaik mungkin, agar kita siap meskipun di antara ganasnya ombak dan kemarau memakan hari, tak jemu menguraikan ikatan yang telah kita bangun dalam setiap langkah.
Karena aku yakin, kau tulus menjagaku, meskipun keberedaan memisahkan di antara laut dan gunung, barangkali kepercayaan adalah sumber kekuatan sembari meneruskan titah menuju pintu hidup hakiki. Kasih sayang tak akan berpendar, ia akan membesar sejalan dengan kebaikan  yang telah kau tebarkan kepadaku, kepada semua orang.  
                Aku siap menjadi penyejuk hatimu, asal kau mencintai dengan sungguh-sungguh serta menyanyagiku sepenuh hati, walau kita patah  di antara ranting-ranting, walau rampuh meruntuhkan semangat, air mata sakit berderai berjatuhan, luka lara membungkus benak, tak akan matikan cinta, kerana kita adalah membangun semilir kepercayaan agar tumbuh kokoh. Walau kita ada di antara padang pasir,  benalu-benalu menjalar, tempat berpongah, serta badai  besar, tak perna pisahkan ikatan cinta bersiklus di antara hubungan.
                Duh, begitu indahnya merintiskankan perjalan mengatasnaman cinta, karena segalanya dapat terselesaikan. Di musim penghujan ini, sendiriku memandangi awan tebal, hening meskipun terlihat ramai. Teduh, tersebab dingin membuat suasana lebih merangkulku pada sepi dalam perjalanan.
Aku sadar bahwa kalimat-kalimat ini tak berarti apa-apa. Namun, segala yang terjadi akan selalu kutuliskan, mesikipun dalam untaian kata yang biasa.
                Sesungghunya tiada yang lebih indah selain memiliki cinta yang dituliskan  dalam setiap pemeran pemainnya. Dan engkau, bersabarlah mengahdapi segala yang menimpah dirimu, begitupun diriku. Terima kasih telah menjadi penyejuk dalam sendu. Kadangklah kita sering lupa dan tak menyadari, bahwa sungguh, ada orang yang benar-benar care dan setia. Seperti kau, mesikipun amarah sering kutimpali di wajahnya, engaku hanya diam, malah senyum dan tabah hendak kau hadapkan kepadaku demi mengenali diriku. Lekaslah kembali, biar kita menjemput hari dengan kebersamaan yang girang dan berjalan menyusuri taman indah agar bisa dikenang, kemudian dijadikan barang kenangan. Kita adalah penakluk  sendiri di bawah kolong kalangit.
                “Ketika cinta telah ditaklukan maka kau siap memprjuangkannya, namun ketika ketiklukan cinta hanyalah permainan semata, maka kau hanyah menyakiti cinta itu sendiri dan akhirnya kamu tidak mendapatkan apa-apa dari sandiwara ini”(Thaty Balasteng 2017)